Rabu, 21 September 2011

Siswa dari Jember Suka Baca Komik, Juara Fisika Asia

Siswa dari Jember Suka Baca Komik, Juara Fisika Asia
fisik@net (ISSN 2086-5325) http://www.fisikanet.lipi.go.id

Olimpiade Fisika Asia atau Asian Physics Olimpiad (APhO) ke-9 di Ulaanbaatar, ibukota Mongolia, 20-28 April ini, menyisakan rasa bangga pada pasangan dari Jember, suami istri Parwoto-drg Sulistiyani. Pasutri tersebut memang layak bangga karena merekalah orangtua Adam Badra Cahaya, 18, salah satu peraih medali emas di APhO ke-9. Lebih membanggakan lagi, Adam juga meraih nilai tertinggi dalam kompetisi yang diikuti 18 tim, yang terdiri dari para siswa SMA dari 16 negara di Asia itu.
Di antaranya tim dari negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura atau Hongkong. Selain Adam yang berasal dari SMAN 1 Jember, dua siswa lain di Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) yang meraih emas di APhO ke-9 adalah Kevin Winata (SMAK Penabur, Jakarta) dan Rudy Handoko Tanin (SMA Sutomo 1 Medan).
“Saya mendapat kabar Adam menang pada hari Minggu (27/4). Tentu saja seluruh keluarga senang dan bangga,” kata ibu Adam, drg Sulistiyani, saat ditemui Surya di tempat kerjanya Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember, Selasa (29/4).
Fisika, tutur Sulis, memang mata pelajaran favorit Adam. Bahkan, dengan prestasi di APhO ini, Adam mulai mengincar prestasi di level dunia, yakni di Olimpiade Fisika Internasional (IPhO), yang lama diidam-idamkannya. Tahun ini, IPhO akan diadakan di Vietnam pada 20-29 Juli nanti. Menurut Sulis, sulung dari tiga anaknya itu mencintai fisika sejak duduk di kelas II SMA. Alasannya, ilmu fisika banyak tantangannya dibandingkan, misalnya, matematika.
Pada matematika, Adam pernah bilang dirinya tak bisa leluasa menjelajahi rumus-rumus untuk memecahkan kasus. Sebab, semua sudah terpatok pasti. Sedangkan di fisika, rumus-rumus yang ada bisa `dimainkan` guna memecahkan kasus.
“Selama ini, prinsip Adam sekolah bukan untuk meraih ranking, namun memahami seluruh ilmu yang diberikan oleh gurunya. Tentu, kalau dia sudah paham apa yang diajarkan, ranking akan mengikuti,” tutur Prawoto, ayah Adam.
Prestasi Adam tentu tak datang tiba-tiba. Sebelum memuncaki prestasi di level Asia, cowok berzodiak Aries ini telah menjuarai lomba fisika di tingkat kabupaten, kemudian provinsi Jatim dan tingkat nasional (LPIR). Bahkan, setelah gabung TOFI (yang berisi siswa-siswi dari seluruh Indonesia yang berotak encer di bidang fisika) pada 2006, Adam sebetulnya telah digaransi masuk universitas top dalam dan luar negeri.
Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Nanyang Technological University (NTU) Singapura, misalnya, telah memberinya bangku tanpa tes untuk berkuliah di sana saat lulus dari SMA 1 Jember pada 2007 lalu. Namun, Adam memilih bertahan di TOFI dulu. "Waktu itu Adam tanya apakah saya membolehkan dia tetap mengikuti TOFI. Saya hanya bilang `itu terserah kamu kalau itu yang terbaik`," ucap Sulis.
Meski begitu, jalan untuk Adam tetap terbuka ke universitas ternama lainnya. Sejak sebulan lalu, Adam mulai beradaptasi dengan kondisi Jepang setelah mendapat beasiswa untuk belajar di Osaka University. “Biasanya, setiap hari kami selalu berhubungan dengannya lewat email atau SMS. Tapi, sejak Minggu (27/4) lalu, SMS saya belum dibalasnya,” kata Sulis.
Meski pintar, anak dengan IQ (tingkat kecerdasan otak) 128 ini ternyata santai-santai saja dalam kesehariannya. Tak terlihat dia serius memelototi buku-buku pelajaran. Malah, uniknya, koleksi komiknya tak kalah banyak dengan koleksi buku-buku fisikanya.
“Di rumah, kegiatannya yang kentara justru membaca komik-komik serial Jepang. Tapi, bagi saya, itu tak begitu masalah. Karena saya tahu Adam memahami tugasnya sebagai siswa, makanya saya tak pernah menegur meski yang digendongnya komik,” jelas Sulis.
Komik-komik favorit Adam adalah Trio Detective, Musashi (Eiji Yoshikawa), serial Sherlock Holmes (Conan Doyle). Umumnya, komik-komik yang dibacanya adalah berbahasa Inggris. Guru pelajaran fisika SMAN 1 Jember, Suryadi menuturkan, kemampuan Adam terlihat menonjol sejak Kelas II. “Saat pelajaran fisika, dan dia menemukan ketidaksinkronan dalam rumus fisika yang diterapkan, Adam biasanya mendebatnya. Ia bisa menawarkan formula lain dengan hasil yang sama,” jelas Suryadi, yang didampingi Kepala Sekolah SMAN I, Bambang Sumpeno.
Sayangnya, formula yang diberikan Adam sulit dipahami teman-teman sekelasnya. Bisa jadi, menurut Suryadi, selain karena kejeniusan Adam yang melampaui teman-temannya, juga karena Adam belum komunikatif dalam menyampaikan rumusannya.
Yang pasti, hal paling diingat Suryadi dari Adam adalah kesederhanaannya. Meski banyak memenangi kejuaraan sains dan mendapatkan hadiah jutaan, Adam tak ingin membelanjakan uang itu untuk membeli sepeda motor.
“Dia masih memakai sepeda pancal ke sekolah. Tapi, saya lihat, dengan tetap memancal sepeda, semangatnya untuk menggapai cita-cita justru lebih kuat,” kata Suryadi.
Sumber : Surya (30 Apil 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar